Selamat Datang Kawan di Blog SPI B

Minggu, 22 April 2012

Kedatangan Bangsa Eropa di Nusantara


Kedatangan orang-orang Eropa yang pertama di Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah, pandangan ini tidak dapat dipertahankan. Meskipun orang-orang Eropa terutama orang-orang Belanda memiliki dampak yang besar terhadap Indonesia, namun hal itu pada dasarnya merupakan fenomena dari masa-masa kemudian. Bagaimanapun juga, pada tahun-tahun pertama kehadiran mereka, pengaruh orang-orang Eropa sangatlah terbatas, baik dari segi daerah yang dipengaruhi maupun kedalaman pengaruh itu.
            Eropa bukanlah kawasan yang paling maju di dunia pada permulaan abad XV, juga bukan merupakan kawasan yang paling dinamis. Kekuatan besar yang sedang berkembang di dunia saat itu adalah Islam. Pada tahun 1453, orang-orang Turki Ottoman menaklukkan Konstantinopel, dan di ujung timur dunia Islam, agama ini berkembang di Indonesia dan Filiphina. Akan tetapi, orang-orang Eropa, terutama orang-orang Portugis, mencapai kemajuan-kemajuan di bidang teknologi tertentu yang kemudian melibatkan bangsa Portugis dalam salah satu petualangan mengarungi samudra yang paling berani di sepanjang zaman. Dengan bekal pengetahuan geografi dan astronomi yang bertambah baik banyak darinya berasal dari bangsa Arab, yang sering kali tersebar dikalangan Kristen Eropa lewat para sarjana Yahudi, bangsa Portugis menjadi mualim-mualim yang semakin mahir. Dengan memadukan layar yang berbentuk segi tiga dengan yang persegi empat serta memperbaiki konstruksi, mereka telah menciptakan kapal-kapal yang lebih cepat, lebih mudah digerakkan, dan lebih layak mengarungi samudra.
 


A.    Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat Ke Nusantara
Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Pengharapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan. Dengan latar belakang perdagangan inilah awal kolonialisasi bangsa Indonesia berawal. 1

Faktor-faktor lain yang mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra adalah sebagai berikut.
a. Teori Heliosentris dari Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat mendorong kawan-kawan Copernicus ingin membuktikannya. Salah satunya ialah Ferdinand Magellan, pelaut pertama yang berhasil mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi memang bulat, serta laut-laut di bumi saling berhubungan. Teori ini membantah Teori Geosentris dari Ptolomeus yang menyatakan bumi datar.
b. Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia Timur (Cina) yang tertuang dalam buku yang ditulis oleh temannya, Rustichello, yang berjudul The Travels of Marco Polo (Perjalanan Marco Polo). Selama ratusan tahun, catatan perjalanan Marco Polo ini menjadi sumber informasi tentang Cina bagi bangsa Eropa.
c. Penemuan kompas, mesiu, navigasi, peta, dan peralatan pelayaran.
d. Adanya ambisi untuk melaksanakan semboyan 3 G, yaitu gold mencari emas atau kekayaan, yaitu paham yang beranggapan bahwa kejayaan negara diukur dengan banyaknya emas yang dimiliki sebagai hasil dari laba perdagangan. glory mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan, yaitu melahirkan imperialisme kuno karena kejayaan dilihat dari daerah koloni dan jalur perdagangan yang dikuasai. Dengan demikian, banyak bangsa yang berlomba-lomba menguasai daerah lain. dan gospel yatu menunaikan tugas suci menyebarkan agama Nasrani. Akibat dari semboyan gospel tersebut, tidak heran jika para penjelajah selalu didampingi oleh para misionaris Kristen, dan daerah-daerah yang dikuasai oleh para pedagang Spanyol dan Portugis dipastikan terjadi konversi (proses perpindahan agama) ke agama Katolik yang diiringi dengan asimilasi kebudayaan[2].
B.     Masuknya Bangsa Barat Ke Nusantara
1.      Masuknya Bangsa Portugis
Kadatangan bangsa Portugis sebagai orang Peranggi tidak dapat dipandang terlepas dari konteks perkembangan sistem dunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi barat sejak akhir abad XV. Lagi pula hubungan ekonomis dan politik bangsa barat, khususnya bangsa portugis, dengan bangsa-bangsa timur tengah tidak terlepas pula dari dampak perang salib.
Persaingan perdagangan akan mempertajam konflik, konfrontasi itu diperhebat pula oleh usaha kristianisasi yang dilakukan oleh misionaris yang mengikuti ekspedisi Portugis[3].
Pada tahun 1498, raja Portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque, mengikuti perjalanan para pedagang Islam. Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat Malaka atau berdagang dengan Malaka semata-mata. Pada tahun 1511 Portugis mengadakan penyerangan, yaitu suatu pertempuran yang sangat dahsyat terjadi, yang banyak menumpahkan darah. Akhirnya Portugis berhasil menduduki Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara, dan agama yang merupakan salahsatu faktor yang penting dalam mengadakan expansi mulai menjadi samar-samar, karena ternyata faktor ekonomilah yang memegang peranan yang terpenting[4].
2.      Masuknya Bangsa Belanda
Setelah bangsa Portugis, datanglah orang-orang Belanda yang mewarisi aspirsi-aspirasi dan strategi Portugis. Mereka nyaris mencapai apa yang telah diinginkan orang-orang Portugis tetapi yang tidak berhasil mereka peroleh, yaitu menguasai rempah-rempah Indonesia . Akan tetapi, orang-orang belanda melakukan sesuatu yang tidak dilakukan bangsa Portugis, yaitu mereka mendirikan tempat berpijak yang tetap di Jawa[5].
Pada tahun 1595, ekspedisi Belanda yang pertama siap berlayar dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dan tiba di Banten Juni 1596, dari Banten pelayaran dilanjutkan ke Maluku dan berhasil mendapatkan keuntungan sebesr-besarnya, mereka kembali pada tahun 1597 dengan membawa rempah-rempah dalam jumlah yang cukup banyak.
Untuk mengatasi persaingan antara para pedagang Belanda itu sendiri, pemerintah membentuk badan usaha atau kongsi dagang yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yaitu persekutuan dagang Hindia Timur. VOC berdiri tahun 1602 yang juga lebih sering disebut oleh bangsa Indonesia dengan sebutan Kompeni Belanda. VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) dengan Pieter Both sebagai gubernur jenderal yang pertama.
Semula VOC berpusat di Ambon. Namun, sejak kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen, pusat VOC dipindah ke Jayakarta yang kemudian berganti nama menjadi Batavia
Untuk memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa. Hak-hak istimewa VOC tersebut antara lain :
Ø   Hak monopoli dagang
Ø   Hak membuat dan mencetak uang
Ø   Hak membentuk tentara
Ø   Hak menyatakan perang ataupun membuat perjanjian
Dengan hak-hak tersebut berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak bebas tanpa harus konsultasi lebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri induk[6].
Pada akhir abad ke-18 VOC mengalami kemunduran disebabkan:
1.      Gencarnya persaingan dari bangsa Perancis dan Inggris
2.      Korupsi dan pencurian yang dilakukan para pegawai VOC
3.      Maraknya perdagangan gelap di jalur monopoli VOC
4.      Besarnya anggaran belanja VOC tidak sebanding dengan pemasukannya
Akhirnya VOC dibubarkan pada tahun 1799 dengan segala tanggung jawab VOC diambil alih oleh kerajaan Belanda dengan tujuan agar wilayah Indonesia tetap dalam pengendalian Belanda.
Belanda adalah bangsa yang paling lama berkuasa dan paling banyak mengeruk keuntungan perdagangan di Indonesia dibandingkan bangsa Portugis dan Inggris
3.      Masuknya Bangsa Inggris
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah India. Di India Timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara.
Pada tahun 1604, pelayaran kedua Maskapai Hindia Timur Inggris yang dipimpin oleh Sir Henry Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon dan Banda. Akan tetapi, di wilayah ini mereka mendapat perlawanan dari pihak VOC, dan dimulailah persaingan sengit Inggris-Belanda untuk mendapatkan rempah-rempah. VOC berusaha memaksakan perjanjian-perjanjian monopoli kepada para penguasa kepulauan penghasil rempah-rempah ini dan mereka sangat marah terhadap apa yang mereka namakan sebagai “komplotan penyelundup” Inggris di Maluku. Selama tahun 1611-7, orang-orang Inggris juga mendirikan kantor-kantor dagang mereka dibagian-bagian Indonesia lainnya: di Sukadana (Kalimantan Barat Daya), makasar, Jayakerta dan Jepara (di Jawa), serta Aceh, Pariaman, dan Jambi (di Sumatra). Konflik Inggris Belanda semakin memuncak ketika orang-orang Belanda merasa bahwa cita-cita monopoli mereka telah luput.




[3]Sartono Kartodirdjo. “Pengantar Sejarah Indonesia Baru”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1993. Hal: 36-37.
[4] Uka Tjandrasasmita. “Sejarah Nasional Indonesia III”. Jakarta: Balai Pustaka. 1992. Hal:49
[5] M.C. Ricklefs. “Sejarah Modern Indonesia”. ………………………Hal:69
[6] file:///F:/sejarah-datangnya-bangsa-bangsa-eropa.html

1 komentar:

  1. Terimakasih atas postnya sangat bermanfaat. Mari mampir juga ke blog saya https://blog.ppns.ac.id/tl/lukmankhakim/

    BalasHapus